Selasa, 28 Desember 2010

Pertemuan (bukan) pertama (bukan) dengan Ina Mangunkusumo

Suka sama orang bukan berarti lu harus ketemu dia dengan dikenalin temen, sama-sama nunggu di antrean pas lagi sendiri, atau mungkin nabrak dia pas lagi naik motor (?) . Kondisi dimana seseorang ketemu-lalu-suka itu bisa terjadi bahkan ketika lu sudah bersahabat lama, mungkin teman dekat, atau mungkin juga teman-tidak-terlalu-dekat-yang-baru-disadari. Secara pribadi, gue ga terlalu percaya sebenernya sama pendapat yang pertama. Bagaimana seseorang bisa ketemu terus suka terus lanjut jadian cuma gara-gara accident sama-sama nunggu di antrean pas lagi sendiri atau mungkin nabrak dia pas lagi naik motor kayak di sinetron-sinetron. Maaf, gue pemikir.

Buat yang udah pernah baca buku Raditya Dika – Marmut Merah Jambu mungkin kalian ga asing (kalo ga lupa) tapi rada rancu juga sama judul entri gue yang ini. Tapi at all, gue emang mengalami hal yang serupa, ya meskipun ga mirip banget sih.

Gue kenal Ina nya gue sebenernya dari kelas 1 SMA. Bukan pertemuan yang baik sebenernya. Gue kenal dia di Yahoo Messenger. Random. Ya tau lah, ada seseorang yang offer buat add ym temennya, kita add, dan taraaa kita temenan. Setelah gue sadar ternyata dia adalah orang yang paling ga disuka sahabat gue at that moment. Ina dianggep bawa pengaruh buruk buat pacarnya sahabat gue dengan nyuruh pegat karena perjanjian satu geng. Gue ga begitu tau semuanya sebenernya, tapi yang gue tau saat itu gue benci Ina.

Baru setelah angkatan gue pegang jabatan, gue baru tau kalo ternyata kita uda sama-sama satu organisasi sejak kelas 1. Pas dia tau kebodohan gue ini, gue cuma diledekin dan hampir dijitak sama dia.

Beranjak naik ke kelas 3, melalui acara MOS awalnya, entah kenapa gue merasa pertemanan gue dan Ina makin deket. Mungkin karena senasib dan sepenanggungan dalam banyak hal, gue dan Ina makin jadi sering ngobrol bareng, curhat-curhatan, dan ledek-ledekan di sekolah. Ga ada rasa suka saat itu gue rasa, gue hanya berfikir bahwa it can be a good friendship on my highschool story.

Suatu hari gue harus putus dengan sang mantan. Ga lama setelahnya gue denger bahwa dia juga putus sama pacarnya. Masalah kita ternyata sama, tentang kesibukan. Cuma bedanya saat itu dia ada di posisi mantan gue. Suatu hari dia menyempatkan diri buat cerita tentang putus nya itu sama gue dan itu semua berlangsung seru karena dengan posisi kita masing-masing di masalah yang sama kita bisa sharing. Yang terfikir sama gue saat itu ya cuma ”Oh, he really still loving his girl” . Setelah dia putus juga ga ada yang beda antara gue dan Ina, kita tetep temenan biasa, ngobrol sesekali di Yahoo Messenger, dan yasudah.

Beberapa bulan kemudian, gue, dia, dan organisasi kita harus sudah lengser. Acaranya berupa nginep dua hari satu malam. Kita baik gue, dia, dan semuanya baik-baik. Sampe tiba-tiba muncul ledekan bahwa kita accidentaly in love. Maaf kalo sok inggris. Tapi kok gue rada malu ya menyebut ‘cinta lokasi’ atau ‘cinlok’. Emang cinta baso apa dicolok-colok (oke garing)
Gue pas denger ngerasa weird juga “Apanya yang cinlok?” . Harus gue akuin sejak diledekin gitu Ina agak beda. Entah itu datangnya dari gue yang juga ikut-ikutan beda karena emang gue tipe orang yang bisa tiba-tiba malu sendiri karena diledekin, apa emang dia yang beneran beda, yang pasti gue ga terlalu mikirin. We are friends and what does he does to me today is same with he does to other girls today, maybe other day too.

Ketika pulang acara nginep itu gue malah memilih untuk online. Ga lama setelah online facebook gue malah ketemu Ina dan ngobrol di chat facebook dan pindah ke Yahoo Messenger setelahnya. Di obrolan kita sore itu gue ga nyangka kalo Ina juga ternyata bingung sama ledekan temen-temen kita. Gue yang tadinya uda ga kepikiran malah jadi kepikiran lagi.

Setelah chat hari itu, besoknya entah kenapa gue pengen online y!m (Yahoo Messenger) dan karena ada Ina disana gue ajakin ngobrol akhirnya. Obrolannya biasa, seputar sekolah. Ga disangka-sangka besoknya Ina sms buat ngajakin online dan ga disangka-sangka juga gue mengiyakan. Kebiasaan Ina ini akhirnya lanjut ke hari-hari berikutnya. Dan gue pun menanggapinya dengan baik.

Ada beberapa kejadian lucu juga antara gue dan Ina. Anehnya selama sering ngobrol di y!m kita malah cuma saling menyapa sekali di kehidupan nyata. Pernah gue ngeliat Ina tapi baru liat batang hidungnya doang gue malah milih balik arah. Oh, how shame you are, lun. Kita juga baru saling meng-sms setelah beberapa hari mengobrol. Dan yang terakhir ini semua hanya terjadi selama seminggu. Ya, seminggu. Kisah sok-romantis-misterius antara gue dan Ina ini secara ga langsung dengan acara nonton bareng.

Gue ga pernah bermaksud untuk menyudahkan gitu saja hubungan gue dan Ina. Gue malah berfikir bahwa we can be closer. Tapi itu kan mau nya gue. Mungkin ga begitu sama Ina. Abis kita nonton, seperti biasa kita ketemu di y!m. Disitu Ina bilang makasih uda nemenin dia nonton dan makasih uda bisa jadi bestfriend nya dia. Setelah malam itu Ina ga pernah y!m gue, sms, maupun ngobrol di sekolah. Gue pun memilih untuk melakukan hal serupa.

Beberapa kali gue coba ngajak dia ngobrol baik di y!m maupun di sekolah, tapi dia ga merespon semuanya dengan baik. Ina terkesan menjauh dan gue bener-bener ga tau apa salah gue. Di balik semua ini sebenernya ada hal lain juga yang membuat pikiran gue agak ruwet dan itu juga berhubunga sama Ina. Tapi gue ga akan bahas ini disini, that’s not my point why is it sharing for.

Gue ternyata salah dalam menilai Ina dan apa yang pernah terjadi. Gue masih belum bisa lupa dan mengerti. Akhirnya gue memilih untuk cerita ke beberapa temen. Secara jujur (dan gue harap kalo temen gue baca no offense ya) gue tau sebenernya mereka kurang objektif untuk melihat semua ini. Dan yang gue dapat setelah bercerita rasanya, nothing.
Sebenernya juga, gue tau seseorang yang cukup objektif untuk melihat ini semua. Semata-mata karena dia kenal cukup baik gue dan Ina. Tapi gue terlalu menghormati dia dan malu buat cerita. Setelah melalui konflik batin juga, akhirnya gue cerita sama dia.

Setelah cerita, mata hati gue bener-bener terbuka. Disitu temen gue secara gamblang menggambarin Ina yang dia kenal. Disitu pula gue sadar bahwa gue telah digombalin Ina. Ina juga suka ngelakuin itu to other girls. Gue berlebihan dan mengkhayal terlalu tinggi sama Ina. Gue malah jadi malu sama temen gue. Tapi seenggaknya itu hari dimana gue mulai tenang sebulan ini.

Mencari sesuatu kebenaran bukan hal gampang. Kita harus memberikan diri kita kesempatan buat mau membuka diri dengan orang lain. Membuka diri dengan salahsatu nya bercerita ga selamanya negatif dan mempermalukan diri sendiri. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang bener-bener objektif untuk melihat masalah yang ada dan orang yang terlibat it will be like a fresh air in the Sunday morning. Yang terakhir gimana kita mau menerima kritik serta saran terhadap masalah itu sendiri. Percuma aja kita dengerin saran & kritik orang tapi kita ga mau menerima nya. Hal-hal kayak gitu yang ga akan buat kita strong dan be real.

Cerita gue sama Ina ini juga membuat gue sadar bahwa ”ended with no point but coma” adalah sesuatu yang menyakitkan. Meracun juga. Mengganggu juga. See how miss someone who isn’t mine adalah hal ternyebelin saat masa-masa pdkt. Bayangkan, orang bisa setengah mampus cuma karena sms nya ga dibales, telfonnya ga diangkat, ym nya ga direspon, wall fb nya ga dibales, atau pun tweetnya ga direply.

Akhir-akhir ini gue melihat dua teman gue, si Tio dan Jalu sangat sangat sangat galau hanya karna smsnya ga dibales sama kecengan masing masing, terlebih Jalu. Gue, dia, Tio, dan kecengan Jalu yang juga temen gue, belum lama ini emang abis hang out bareng. Buat Jalu kesempatan ini bener bener langka dan gue cukup terlibat didalamnya. Dia seneng banget dan mengucap beberapa kali terimakasih ke gue. Ga ada maksud sombong tapi gue bener-bener seneng ngeliatnya Tapi hal yang gue takutin ternyata kejadian juga. Setelah hang out bareng dan Jalu harus gue iket di pohon supaya ga terbang (?) sang Kecengan itu malah ga pernah bales sms Jalu atau pun ngobrol dimana pun itu fasilitasnya. Tio juga ga ada bedanya. Setelah secara ga langsung ditolak dan mengalami proses dijauhin, secara ga sengaja dia jadi deket sama temen gue. Gue sangat excited waktu denger perkembangannya. Tapi akhir-akhir ini Tio sering cerita kalo sms nya ga dibales oleh sang Kecengan. Gue nyoba jelasin ke mereka berdua kalau semua yang dilakukan cewe-cewe itu wajar. Tapi when someone falls in love, who will be listen up? Yang ada sekarang buat Jalu & Tio, gue kayak intel asmara mereka.

Gue sempet kesel awalnya dan mikir ”Kenapa sih harus selebay itu? Yaudalah” tapi gue tiba-tiba inget waktu gue sama Ina. Betapa sakit hati nya gue waktu gue tiba-tiba dijauhin sedemikian caranya. Gue baru ngobrol sama Ina kira-kira tiga minggu setelah kejadian itu dan itu pun mengobrol sesuatu yang ga penting. Bukan karena semata-mata gue pengen dideketin terus jadian sama Ina. Bukan. Tapi Ina gue bilang gue sahabatnya tapi mana ada sahabat yang menjauh tiba-tiba. Dan sampe sekarang pun gue ga tau gue salah apa sama Ina.

Mengajak atau pun melanjutkan ngobrol dengan orang yang nge-cengeng-in kita terkadang bisa menjadi masalah besar. Gimana ga? Kita ga tau kan dengan kita keep contact itu akan membuat dia terbang lalu jatuh saat kita ga keep contact lagi ATAU itu akan membuat dia merasa mempunyai cukup kesempatan manis dengan kita dan begitu dia tahu bahwa misal kita tidak menyukai dia, dia akan menerimanya dengan ikhlas. How complicated !

Hal lain, ada satu part di tulisan ’Pertemuan Terakhir dengan Ina Mangunkusumo’ nya Raditya Dika – Marmut Merah Jambu dimana dia bilang betapa disitu Ina menyatakan bahwa tiga hari pacaran dengan mantannya bisa membuat Ina ga bisa ngelupain mantannya. Ya, itu! Ina nya Radit yang tiga hari aja ga bisa lupa, so gimana gue yang seminggu? (lebay) Jujur sejujur jujurnya, ga ada obrolan antara gue dan Ina nya gue yang menjurus. Kita juga ga ada tindakan macem-macem. Tapi baru kali ini gue sadar bahwa ga harus butuh berpuluh-puluh bulan atau bahkan tahun buat suka sama orang dan membuatnya berbekas di hati kita. Kayak lagunya Westlife – Flying Witout Wings ”...and then you know how much that means. You find that special things. You flying without wings..” Cuma sayangnya untuk kasus Ina ini, ketika gue inget dia, Ina cuma bikin gue ‘ Stuck on the Ground Within Wings’ . Jelas untuk sekarang, Ina bukan motivasi yang baik.

Sekarang hubungan gue dan Ina mulai membaik. Gue juga sudah mulai melupakan (asal jangan ada yang ngingetin aja untuk sementara waktu ini) . Gue beberapa kali malah secara tidak langsung harus berhubungan sama Ina. Pernah suatu waktu gue, dia, dan temen gue dikondisikan harus mengantarkan sesuatu. Karena barangnya banyak dan gue lebih gendut dibanding temen gue, akhirnya gue harus duduk di depan dan melihat secara langsung Ina menyetir (something that i scary of since i met him). Gue yang berusaha mencairkan suasana memilih untuk nyalain radio dan yang terdengar malah lagu D’massive – Apa Salahku . Don’t ask me why. Untung gue bawel (bukan bawal karena itu adalah ikan) jadi gue bisa mencairkan suasana dengan cara lain.

Ga disangka beberapa dari temen cewe gue beberapa kali cerita tentang kelakuan Ina. Some of them memang tau cerita gue dan Ina, dan sisanya tidak. Mereka cerita tentang kegakjelasan Ina yang tiba-tiba suka bertindak seperti pacar cewe-cewe itu and they don’t like it. Gue awalnya ketawa-ketawa kecil setiap dengernya. Tapi gue baru sadar dan inget sesuatu tentang Ina di pensi sekolah. Dia yang notabene panitia acara padahal bisa aja ada di barikade panitia dan bisa lebih deket sama panggung artis, tapi dia memilih untuk berada diantara lautan manusia demi ngejagain ade cewenya. Gue inget waktu seminggu sebulan yang lalu itu, gue pernah fudulin Ina (maaf ya na) dan nemuin dia keliatan bener-bener sayang sama adenya. Dari penelitian kecil-kecilan yang gue lakukan (NO OFFENSE PLEASE) RATA-RATA cowo yang punya ade cewe dan sangat menjaganya memang bisa dan mudah untuk membuat cewe-cewe yang ada disekitarnya nyaman. Ga cuma itu, mereka juga bisa dan mau menjaga cewe-cewe yang ada disekitarnya tanpa terkesan over protective. Gue memang ga tau banyak tentang cowo yang kayak gini, tapi itu yang gue liat dari Ina. Setelah gue bener-bener sadar hal ini, gue mulai menganggap apa yang menjadi kegakjelasan Ina (dan mungkin cowo-cowo lain juga) itu mungkin cuma kesalahpahaman antara boys and girls. Beda lagi kalo emang cowonya deket-deket sama cewe dengan maksud pdkt, membuatnya jadi ga konsist dan nemplok sana sini. Itu tergantung pilihan si tersangka gimana pengaplikasiannya dan si korban gimana mengatasinya. Tapi yang gue liat dari Ina, Ina ga gitu. Apa yang dilakukan Ina itu pilihan dia dan gue ga perlu ikut campur. Tapi ga begitu dengan teman-teman gue tampaknya, mereka masing suka ngomongin sikap Ina ini. Tanggapan gue ”Kalo emang ga suka sama sikap dia ya omongin depan dia lah jangan ngomongin di belakangnya gini” . He really just want to have many friends. Malah yang gue liat, Ina masih suka sama mantannya, yeah I don’t know just guessing.

Gue juga mengkui selama gue kena ‘ virus Ina ‘ ini gue berubah sangat selfish. Gue banyak salah sama temen-temen gue, sama orang-orang yang bahkan ga begitu kenal gue sama Ina tapi gue curhat sama mereka, sama orang-orang yang sms nya beerapa kali ga gue bales, sama orang yang gue sayang, sama orang yang mungkin suka sama gue (?) . I’m really really sorry about everything, and maybe about this post too. Tapi gue juga bener-bener ga ada maksud untuk frontal, curhat ga jelas, atau balas dendam. Gue cuma pengen sharing cerita dan harap siapa pun yang baca bisa ngerti maksud didalamnya. Kalo suatu hari Ina baca, PLEASE NA JANGAN BACA! Kalo suatu hari temennya Ina juga baca, please jangan kasih tau Ina. Itu bukan maksud awal gue hiks hiks (hehehe)

Ina, thanks for everything. Terimakasih sudah melengkapi cerita masa SMA saya. Semoga kita berdua sukses :)

me and my MILO :)

Dari beberapa tulisan yang telah gue buat gue baru sadar kenapa gue ga pernah masukin foto-foto hasil jepretan gue ya? There are so many website for photography but always in low connection and blogspot is a solution i think. Ok, fasten your seat belt and here we are !


MILO on 2010 #1














Model : Kimigayo


ras Persia, umur kurang lebih 1 tahun, betina








Model : Omen


ras Angora, jantan





yes, they are my cat guys. How cute !

Senin, 27 Desember 2010

curhat #1

Oh my Allah why it so hard to get my story and experience be written ! Two hours ago i was so inspired, but i have to pray, so i pray. Then i was so hungry, so i ate. My sister was flirt me with her last dinner, a bowl of noodle. I tried to keep my self to do not eat noodle (make me fatter) . But i lose. I started to cook and ate. Oh that was delicious!
I directly came back soon to my laptop and i don't know what's going on but i just lost my inspiration! I tried very hard to make a good story but i can't. Now i am getting a bit dizzy because force my inspiration to come out quickly. I know what i've to do. Yapyap sleep! Bye everyone! Although that i'm not sure for leaving in a long time, and it's very possible for me to come back soon (very possible) but i ant say BYE BYE <3

Kiss kiss and hug for noodle that (maybe) had me can't think (yes for this time i consider my mom was right. She told me that noodle made someone stupid grrr) thankyou!

Rabu, 22 Desember 2010

"we are happy family"...barney the dinosaurus

Pagi ini gue menjadi sangat melow. Efek cerita-ceritaan sama kedua sahabat gue pas SMP semalam & hari ini adalah hari ibu membuat gue ngerasa jadi inspiratif, caring, loving, dan lebih sadar. Sebenernya sebelum entri ini gue lagi dalam project ngerjain dua entri tentang puppy love gue, tapi tampaknya masih harus banyak riset dan kedewasaan buat menerjemahkannya dalam kata-kata.

Yang coba gue bahas kali ini adalah masalah keluarga yang sedang tren beberapa tahun kebelakang, ya, diforce. Gue heran aja kenapa hal vital begituan malah jadi tren. Belum lagi artis yang katanya public figure malah membuat itu kian menjamur. Latar belakangnya juga macem-macem dan aneh-aneh. Waktu pertama-tama tren itu ada gue kaget juga "Waw kok bisa ya?" sejuta "waw" terlempar saat itu.

Pas gue kelas 1 SMA, akhirnya gue melihat peceraian sebagai sesuatu yang real. Salah satu temen baru gue pas SMA ternyata orang tuanya sudah bercerai pas dia SD dan mungkin ade nya TK atau di awal tahun masuk SD. Ke-baru-tahu-an gue tadi juga seiring sama artis cerai yang makin menjamur, dan bahkan jadi sekarang uda pada jadi jamur mungkin. Bukan waktu yang singkat buat gue untuk ngerti keadaan keluarga dan perceraian yang dialami temen gue itu. Apalagi sekarang dia uda punya nyokap tiri dan saudara-saudara tiri yang gue tau lama-lama bahwa mereka bukan kaya keluarga tiri yang di sinetron-sinetron, mereka baik. Gue ngerasa sedih, kasian, pengen lebih tau lebih banyak, sekaligus bingung dan ngerasa ga sopan di awal pertemanan itu.
Karena gue termasuk anak yang terbuka sama orang tua, akhirnya gue cerita ke nyokap tentang temen baru gue itu. Melihat gue yang tampaknya sudah mulai besar, akhirnya nyokap memberi pengertian ini dan itu. Di saat itu juga nyokap mengingat-ngingat tentang kakek dan nenek gue. Iya, gue juga baru 'ngeh jadinya bahwa kakek nenek gue juga cerai. Gue disitu baru sadar makanya kenapa dulu pas kecil gue ga pernah ketemu kakek, wong uda ga serumah gitu. Maklum masih kecil
Meskipun temen gue itu keliatannya ga pernah sedih, punya cara dan managementnya tersendiri buat bagi waktu antara bokapnya yang sebenarnya tinggal sama dia tapi kerja nya di luar kota dan nyokapnya yang tingga di luar kota juga, tapi anak mana sih yang ga sedih. Saat itu gue cuma janji buat selalu berusaha bikin dia save & bahagia :)
***
Gue pribadi alhamdulillah ga pernah ngalamin. Ortu gue juga bukan tipe ortu yang sering berantem, alhamdulillah. Tapi keadaan agak beda saat gue kelas 1 & 2 SMA. Ada sesuatu yang ngeganggu keharmonisan keluarga dan berasal dari keluarga gue sendiri. Saat itu secara ga langsung gue harus jadi tempat curhat orang serumah dan part-time jadi decision maker. Gue keliatan kuat, memang, tapi sering nangis sendiri juga pada akhirnya. Pernah akhirnya gue curhat sama temen gue yang tadi, dia ngasih saran & support, gue ngeyel tetep ngeluh, ya mungkin dia juga kesel, akhirnya dia bilang "lu ga boleh gitu lun! Lu baru begitu, dulu waktu ortu gue cerai gue harus bawa-bawa ade gue yang masih kecil sambil nenteng-nenteng koper!" Gue diem.
Saat itu gue berenti nangis dan meluk dia. Disitu gue janji kalo ternyata keluarga gue harus gimana-gimana gara-gara itu orang, gue akan terus ada buat nyokap dan tetep dukung bokap. Amin
Semakin kesini, gue baru menyadari bahwa gue punya potensi untuk mendinginkan suasana setiap keluarga gue agak-agak begitu. Alhamdulillah

***
Beberapa bulan yang lalu gue sedih dan ga nyangka banget, kalo ternyata temen gue dari tk ortunya cerai. Gue tau ini uda agak lama ternyata dari kejadiannya, gara-gara gue uda ga seperumahan lagi sama dia sekarang. Pas denger, rasanya gue langsung mau ngehubungin dia, ngomong sesuatu *entah mau ngomong apa padahal* , meluk dia. Tapi atas saran temen gue yang ngasih tau itu dan emang ga punya contact dia lagi, akhirnya gue urungkan niat gue.
Suatu hari gue ketemu sama dia di salahsatu rumah makan fast food di Bogor. Gue ngobrol sama dia as usual, meskipun dalam hati dag-dig-dug pengen nanya juga. Akhirnya gue beranikan diri buat nanya. Tapi baru aja gue ngomong dua patah kata dia langsung bilang "Oke lun, udah, gue uda tau apa yang mau lu tanyain" Gue masih tetep maksa sambil berusaha sopan nanya. Dia keliatan ga mau jawab, ga mau nginget mungkin tepatnya. Pas gue bilang "Oke, gue diem" dan dia uda agak tenang akhirnya dia mau ngomong juga. Dia jelasin kejadiannya secara singkat. Mata gue sama dia berkaca-kaca dan merah, nahan nangis. Setelah beres, gue pamit, setelah sebelumnya gue meluk dia.

***
Liburan gue kemaren rada keganggu juga, karena gue uda janji buat nyari kue buat temen gue si A (kita sebut saja dia si A) sama si I (kita sebut saja dia si I) . Disitu gue sempet ngerasa miris juga. Gue muter-muter bogor nyari kue buat sahabat gue, sedangkan waktu nyokap gue ultah kemaren itu adalah sehari setelah gue pulang LDK, kemaren-kemarennya lagi of course gue nyiapin LDK. Untungnya bokap bantuin. Ultah tahun kemarennya lagi, tanggal 8 itu pas banget sama hari terakhir LDK. Setelah sampai sekolah, dengan kaki pincang-pincang gara-gara pegel abis LDK gue beli bunga mawar deket sekolah, dijemput bokap, sampai rumah, ngasih bunga nya ke nyokap sambil pincang-pincang juga. Then, besoknya adalah Hari Ibu Sedunia, gue belum nyiapin apa-apa. Mati aja...