Selasa, 22 November 2011

Move On


    Ada suatu konsep yang beberapa tahun belakangan ini gue kenal. Move On. Ya move on. So far, gue sih mendefinisikan ini masih dalam lingkup pada umumnya, yaitu masalah cinta-cintaan. Dalam masalah ini jujur, ngaruh sih sama gue. Karena setelah gue coba mengevaluasi diri sendiri, berdasar pada sifat keras kepala gue, ternyata gue adalah orang yang susah move on. Meskipun mungkin banyak juga orang yang kenal gue sebagai seorang player, nyatanya bukan begitu. Gue cuma, bisa dibilang, punya banyak temen cowo. That's it. Kalo cowonya jadi suka sama gue ya mungkin dia hanya ingin coba buka peluang, dan bukan gue yang buka peluang. Tapi gue gamau muna,  kalaupun gue bilang, gue suka sama seorang cowo, pada nyatanya gue sebenernya masih "kekeuh" sama yang gue pertahanin sebelumnya.

    Anyway, singkat cerita, udah sekitar 2 tahun ini gue suka sama seorang cowo. Kalo ditanya "waw lama banget!" tenang ada yang lebih lama. Pacar pertama gue adalah hasil suka-sukaan selama 4-5 tahun. Itu terjadi pas...SD. But actually, it was an everlasting story in me and my friends life. Sekarang kondisinya beda. Saat mulai suka gue udah SMA. Bisa dibilang gue mulai dewasa. There's something real, we feel suppose to give more. Kalo ditanya "kenapa?" gue harap jangan pernah nanya lagi. Ini pertanyaan yang ga pernah bisa dijawab. Ga ada tipe cowo gue sama sekali. He has something and i give more.

     More. More itu yang salah sebenernya. Jelek dan singkatnya, karena rasa gue ini, sebenernya secara ga langsung kata orang-orang yang ngeliat, gue dimainin. Dibutuhkan saat hanya dibutuhkan. Sayang memang ga pamrih. Gue bener-bener gamau pamrih. Tapi kita harus tahu ketika kita harus pake otak juga.

    Jangan tanya susahnya kayak apa. Keluar dari "zona kebiasaan" itu ga pernah enak. Susah payah bertahan di zona yang baru. Kayak biasanya lu nafas dengan oksigen, sekarang harus pake karbon dioksida (nah loh?) . Tapi kalau itu ga terjadi, cerita juga ga akan pernah lanjut. Cowo yang gue suka berubah menjadi super-nyariin-gue. But i don't care. I've gotta move on. There's so much pain with his love. If the story end with our happy ending let it how it suppose to be. I can accept it. Maturer process be needed now.

    Saat fase itu terjadi, gue tanpa sengaja nemuin sesuatu yang bisa buat gue move on. Sekarang gue udah  bisa menerima keadaan yang lama sebagai sebuah proses pendewasaan. Susah emang terkadang. Tapi cerita hidup gue juga harus terus jalan dengan inspirasi yang bahkan bisa baru. Nulis puisi harus terus jalan agar hidup terus  terisi.

    Setelah gue mengalami fase yang gue sebut-sebut dengan move on itu ternyata gue mengalami beberapa kendala juga. Gue tidak mengenal baik tujuan gue.  Menyelesaikan masalah dan mendapatkan masalah baru. Gue mulai susah keluar dari zona yang "kita" bikin. Gue malah jadi seperti bergantung, padahal kita tidak tahu pasti ada di posisi mana dan menempatkan diri kita harus seperti apa. So, masalah yang ada malah jadi berlarut-larut tanpa kejelasan. Padahal relasi yang dibangun aja masih belum jelas.

    Gue coba move on. Bukan dari "dia" tapi dari hidup gue sendiri. Semua ini terjadi dalam waktu yang singkat memang. Tapi gue nemuin pelajaran baru. Bukan hanya "bisa atau tidak kita move on" dari hal yang selama ini yang membayangi kita. Tapi "kemana kita harus move on?"

    Ask where we gotta go. Then ask how we got there...


  For my greatest-galau-friends anywhere anywho. Tanya kemana, baru gimana. Maaf isinya curhat banget. Semoga bermanfaat buat semua :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar