Jumat, 25 November 2011

When Strawberry Meets Chocolate


  Sebenernya tema post ini  udah lama banget gue simpen, tapi karena suatu hal akhirnya mungkin baru sekarang bisa gue post.
                Ini sebenernya masalah yang simple. Ada satu hal yang ga begitu gue suka di dunia ini, yaitu...strawberry.  Iya, strawberry. Kalo ditanya kenapa hmm kenapa ya. Strawberry itu asem nya “sesuatu” terus identik sama cewe. Terus strawberry yang dingin, kalo digigit itu suka bikin gigi ngilu. Jadi gue begitu suka sama strawberry. Oke, absurd.
                Di sisi lain, menurut gue, coklat itu enak. Cuma karena dulu gue keseringan makan coklat (utuh & batangan gitu) entah kenapa dewasa ini gue ga begitu suka makan coklat, kayak udah blenek  gimana gitu. Ya kecuali kalo dicampur sama bahan makanan lain, sih.
                Nah suatu hari gue menemukan “teknologi” makan strawberry pake coklat. Jadi tuh ada strawberry yang ditusuk-tusuk jadi berbentuk sate terus dibalut coklat yang ada dari chocolate fountain. Gue awalnya bingung, gimana caranya nanti biar coklatnya ga jatoh-jatoh, eh ternyata sebelumnya dibekuin sebentar di dalam lemari es. Ooooh... *maaf saya oon*
                Tapi masalah yang sesungguhnya adalah...gimana rasanya makan strawberry pake coklat??? Setelah gue coba ternyata rasanya WOW! ENAK! Rasanya itu sangat tidak berdosa. Karena lu makan sesuatu yang bikin gendut tapi ada unsur sehat. Rasanya itu ga bosen. Karena ada unsur seger dari buah tapi ga bikin lebay karena ditahan coklat. Karena satu kesatuan itu saling menetralkan.
                Terus tiba-tiba gue inget sesuatu. Mungkin analogi begini yang harus orang-orang sadar tentang rasa sayang, cinta, dan hubungan yang terjalin. Kita sering ga bersyukur karena pasangan kita begini pasangan kita begitu. Padahal kita juga belum tentu lebih baik. Ada kata “kita” pasti sebenernya tujuannya  buat melengkapi satu sama lain. Buat menghadirkan suatu kelengkapan dan kesempurnaan di bagian yang perlu diisi memang oleh orang lain, karena kita juga manusia yang punya keterbatasan. Begitu juga dengan kita yang mungkin sering mementingkan ego untuk memberikan bagian dalam hidup kita dalam sesorang ataupun mengisi sendiri bagian-bagian yang kosong.
                Jelas, kebersamaan itu lebih baik. Kalo kata Mba Kiki, dosen pengantar ilmu komunikasi gue, “i think two is better than one”  . Because good relationship will bring you to the happiness. Nah ada lagi, kalo yang waktu itu gue liat di twitter (yang intinya adalah) “find the happiness. If you don’t get it, fake it until you know what the happiness is and get the real one”.  Maybe, “strawberry” lu emang buka the freshest one. Atau juga “your chocolate” mungkin emang bukan yang paling manis. Tapi terus menemukan adalah “tusuk sate” yang paling bagus bisa jadi.  Banyak hal-hal yang bener-bener belum kita sadari. Bagi yang belum menemukan, tetap mencari, kawan! Your chocolate or your strawberry is out there!  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar